Manusia Belajar dari Kesalahannya

Mereka berbeda jalan
Dan berbeda cinta
Satu cinta sepak bola
Satu cinta basket
"Dik, basket itu terlalu berat.
Dan cepat lelah.
Bermainlah sepak bola bersama ku.
Sepakbola lebih cepat terkenal"
"Lanjutkan sepakbola mu, Bang.
Pertandinganmu minggu depan akan ku tonton.
Namun sore ini aku perlu berlatih basket.
Aku juga punya pertandingan yang harus kukejar"
Sang abang bermain bersama timnya, dan masuk semi final.
Namun tim adik gugur saat babak penyisihannya.
Ia berjanji akan belajar dan berlatih lebih baik.
Karena percaya dibalik permainan hanya ada dua hal,
"Kemenangan" dan "Pelajaran"
Perempatan final sepak bola dimulai.
Sang abang sangat serius memasuki lapangan,
tidak sempat melirik adiknya yang melambai dibangku penonton.
Sayang, semi final pertama mereka kalah.
Dan perebutan tempat ketiga pun nihil.
Harapan satu bagi tim sang abang.
"Sial!" gerutu sang abang saat dirumah, menyalahkan
Ia depresi, dan memutuskan berhenti bermain, berpindah ke hal lain yang dianggap bisa membuatnya merasa lebih baik.
Namun ia mungkin tak akan pernah menang dalam apapun, karena ia takut kalah.
Ia terlanjur meyakini bahwa kalah itu buruk, berbuat kesalahan itu buruk.
Yang menang dipandang, yang kalah diabaikan, yang salah dihukum, yang benar diberi pujian.
Ia lupa bahwa ia selalu terjatuh dan bangkit kembali saat dahulu belajar berjalan.
Manusia didesain untuk belajar dari kesalahan.
Begitulah, ia lupa meskipun adiknya telah mengingatkan tiga kali.
0 komentar:
Jazakallahu