Kisah Buya Hamka bersama Seorang Kaya
Dalam sebuah lembaran kisah hidupnya, Buya Hamka pernah menceritakan suatu masa ketika beliau berperjalanan naik kereta (mobil) bersama suatu orang kaya. Kereta terus berjalan hingga melewati daerah persawahan.
Lalu di tepi sawah, dan mereka pun berhenti di situ, mereka melihat seorang lelaki yang baru saja beristirahat setelah lama bekerja di sawah. Saat itu tiba istrinya dari kampung dengan membawa makanan. Ketika lelaki tersebut beristirahat dari mengerjakan sawah, istrinya menghidangkan kepadanya makanan yang tidaklah seberapa.
Hamka dan seorang yang kaya melihat dari kejauhan. Mereka melihat lelaki yang baru tadi bekerja berat di sawah, lelaki itu makan dengan begitu lezat sekali. Barangkali karena ia telah penat bekerja. Orang kaya yang bersama Hamka ini kemudian berkata kepada beliau, "Buya, saya orangnya ada mobil besar, saya ada gedung besar, tapi saya ga pernah makan seenak itu".
Berkatalah Buya Hamka, "Lihatlah, bagaimana Allah membahagi-bahagikan nikmat-Nya".
~ ~ ~
Tuan-Tuan Sahabat, semua orang sangka kalau ada orang punya rumah besar, ada makanan yang sedap, tentulah hidup dia bahagia dan tenang. Padahal belum tentu.
Memang sudah tentulah kita akan berbahagia bila kita mempunyai rumah besar, kendaraan mewah, kita beriman, kita tenang, tentu itu adalah nikmat yang berlipat-lipat ganda.
Tetapi kisah ini mungkin tunjukkan kita agar janganlah salah sangka dengan menganggap bahwa jika Allah tidak memberikan kurnia rezeki kepada seseorang hamba, berarti Allah tidak memberikan sakinah, ketenangan, dan kebahagiaan kepada dirinya.
Sebab sesungguhnya hakikat dari kebahagiaan disebut pula sakinah dan ketenangan itu adalah, "Bila jiwa manusia resah, dan Allah menurunkan sakinah, Allah menurunkan ketenangan, selepas dari kegelisahan tersebut, maka itulah sebenarnya kebahagiaan".
Selepas dari keadaan yang menakutkan, ataupun keadaan yang menyebabkan orang berkeluh kesah, Allah selalu turunkan kepadanya nikmat ketenangan. Sebab dalam Al-Quran Allah menjanjikan bahwa sesudah kesulitan ada kemudahan. فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.
Lelaki yang beristirahat dari pekerjaannya mengolah sawah. Walaupun belum tentu ia mengeluh mengerjakan kesukaran hidupnya, tapi bekerja keras itu adalah termasuk dari keadaan yang berat bagi dirinya. Dan saat Allah kirimkan nikmat melalui makanan yang menunya tiada seberapa, maka lihatlah Tuan, sayapun pernah merasakan nikmatnya makan selepas melalui hal yang berat.
Tuan, kita tidak tahu apa itu lapang ketika kita tidak mengenal sempit, pun begitu sebaliknya.
Barakallahum
0 komentar:
Jazakallahu